Ujian, Lulus, dan Berjuang lebih gigih lagi

SEBULAstock-photo-tg-malim-malaysia-january-disabled-person-performs-a-salah-in-a-mosque-his-575037163N PENUH ATAU selama bulan Ramadhan, kita ditempa dalam ujian puasa: Menahan lapar, menahan haus, menahan hasrat seksual dan tentu saja amarah. Di sisi lain, kita juga diminta olehNya agar terus meningkatkan derma, mulai dari berbuat amal yang paling rendah nilainya yakni menyumbang sejumlah uang sampai kepada mendedikasikan diri untuk memperjuangkan hak-hak kaum dhuafa dan mustad’afin yang tentu saja tak selesai hanya dengan kerja dua tiga jam saja. Untuk keberhasilan kalian, kami, jajaran PerDIK mengucapkan selamat atas keberhasilannya, sukses meraih poin tertingginya masing-masing.

Tentu, keberhasilan itu pula telah mengantar rekan-rekan ke posisi Muttaqin yang lebih tinggi kualitasnya dari sekadar Mukmin. Apa artinya? Itu artinya bahwa kualitas Anda untuk mengatasi persoalan-persoalan sosial di sekeliling Anda atau pekerjaan-pekerjaan terkait diri pribadi dan keluarga Anda pun turut meningkat level kesulitan atau hambatannya. Anda atau kita semua, tentu harus bisa menerima tugas-tugas baru yang lebih menantang atau setidaknya capaian-capaian yang lebih jauh dan punya dampak meluas bagi membaiknya kondisi kemanusian.

Difabel, dengan berbagai stigma yang melekat di dalam dirinya tentu tetap akan berjuang untuk mengatasi sejumlah hal yang membangun stigma itu: [di]label[i] sebagai cacat, stereotif sebagai tidak mampu, segregasi atau pemisahan dari publik akibat label dan stereotif tadi serta diskriminasi yang berlapis-lapis di berbagai sektor penghidupan difabel adalah pekerjaan berat untuk segera diatasi. Menghapus label kecacatan maupun menepis stereotif ketidakmampuan adalah pekerjaan yang membutuhkan kerjasama dan pengorganisasian yang berlapis-lapis: mulai dari difabel, lingkaran keluarga, lingkaran komunitas, sampai lingkaran masyarakat, bangsa dan negara. Pun demikian, difabel sudah harus keluar dari keterkungkungan bilik atau ruang-ruang yang sengaja dibuat untuk melanggengkan pemisahan dari publik juga sudah harus terjadi. Masuklah ke sekolah-sekolah umum dan perguruan tinggi, masuklah ke perusahaan-perusahaan publik, pergilah ke pasar-pasar, dan isilah ruang-ruang politik yang selama ini tertutup bagi kita atau kalian karena berbagai bentuk penidakmampuan baik secara infrastruktur maupun cara berpikir ‘keliru’ yang menyebabkan terjadinya diskriminasi berkepanjangan.

Bangkitlah kita, Berjuanglah lebih giat lagi, bekerja kolektiflah sekali lagi dan lebih luas cakupannya, lawanlah stigma, bangunlah inklusivitas!

Kita bisa melakukan itu, kawan, bersama-sama!

Selamat Berjuang sekali lagi!

Salam hangat
Teman PerDIK

Makassar, 27 Juni 2017

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.