“Aktivis gerakan difabel, yang bergerak di ranah akademik maupun pengorganisasian difabel, perlu belajar bahasa Inggris. Bukan sekadar gagah-gagahan, tetapi bahasa ini adalah kunci membuka ‘pintu pengetahuan disabilitas’ yang bisa membawa Anda berkelana nun jauh dan luas di luar sana. Dengan kemampuan berbahasa Inggris, di mana-mana Anda bisa bertemu dengan para ilmuwan disabilitas, aktivis gerakan disabilitas, para pemerhati disabilitas dari berbagai negara yang juga mengandalkan bahasa ini dalam berkomunikasi. Banyak karya riset ditulis dengan bahasa ini, banyak seminar disabilitas berkelas juga memakai bahasa ini. Sebaliknya, dengan kemampuan ini, Anda juga bisa menyampaikan kabar kemajuan atau kemunduran penegakan hak-hak difabel di negeri Anda.”
Kalimat di atas pernah disampaikan oleh pendiri Perdik dalam salah satu obrolan saat kami memutuskan membawa PerDIK menjadi organisasi yang peduli pada urusan literasi disabilitas. Hal ini pulalah yang mendorong saya menuliskan soal ELTA 2018. Ini adalah peluang bagi difabel, khususnya aktivis difabel untuk bisa belajar bahasa inggris yang akses bagi difabel.
Continue reading “ELTA 2018: Belajar Bahasa Inggris Bagi [Aktivis] Difabel.”