Dokumen notulensi Dialog Politik Difabel ini untuk publik Kota Makassar, terutama kepada para kandidat yang tidak hadir dalam dialog politik yang sudah disetujui akan dihadiri para kandidat. Hanya kandidat walikota Danny Pomanto yang hadir dan berdialog dengan 11 Organisasi difabel Kota Makassar. Jadi, kalau para kandidat masih ada niat mengetahui Suara Difabel Makassar dan ingin mewujudkan atau memenuhi hak-hak difabel, silakan dibaca!
Rahman Gusdur (fasilittator):
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu. Saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang sudah bergabung pada pagi hari ini. Sembari menunggu para kanidat, saya ingin sedikit memberi tahukan terlebih dahulu. Bahwa selama kurang lebih dua tahun belakangan ini, semenjak 2019 sampai 2020, kawan-kawan cukup aktif dalam mengikuti proses pendidikan pembacaan anggaran yang benar-benar berpihak kepada difabel. Dan dari hasil itu, kita sudah mengusulkan ke pemerintah kota Makassar untuk APBD di tahun 2021, tapi itu tidak cukup kuat juga jika kita tidak menyampaikannya ke kanidat calon wali kota dan wakil wali kota Makassar di masa bakti 2020-2025. Kami memohon kesabaran dari bapak ibu sekalian, saat ini kami masih berusaha berkomunikasi dengan para kanidat. Pukul 09.30 diskusi akan segera kita laksanakan.
Nur Syarif (MC):
Seperti yang disampaikan oleh Pak Rahman Gusdur tadi sebagai direktur PerDIK, dua tahun belakangan ini kita aktif terlibat dalam peningkatan kapasitas, baik dari teman-teman organisasi disabilitas ataupun pemerhati disabilitas. Kami juga sempat melakukan beberapa kegiatan, seperti memerhatikan layanan kesehatan di kota Makassar. Kemudian kita juga pernah membentuk jaringan bersama, antara beberapa organisasi disabilitas. Kita menemukan beberapa fenomena. Pendidikan, misalnya. Alokasi dana yang dikeluarkan pemerintah kota itu belum bisa mengakomodir kepentingan teman-teman difabel. Misalnya juga seperti dana yang diperentukkan untuk aksesibilitas fasilitas umum, yang dilaksanakan tidak maksimal. Ini mungkin dikarenakan kurangnya keterlibatan difabel dalam perencanaan dan pembangunannya. Poin-poin itulah yang menurut saya penting kita sampaikan nanti, ketika berkesempatan berbicara di depan para kanidat.
Saya akan membuka acara kita pada pagi hari ini. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu, selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua. Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji dan syukur atas karuniah Tuhan yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayahnyalah sehingga pada kesempatan kali ini kita bisa menghadiri dialog politik difabel dengan tema Makassar inklusi tanpa korupsi ini. Karena salah satu kanidat sudah hadir di room Zoom kita, maka kita akan memulai acara kita pada hari ini. Yang pertama, saya ingin mempersilahkan ketua Pergerakan Difabel Indonesia Untuk Kesetaraan (PerDIK) untuk memberikan satu dua kata terkait dengan kegiatan kita ini. Kpada ketua PerDIK, bapak dokter Ishak Salim kami persilahkan.
Ishak Salim (ketua PerDIK):
Terima kasih, Syarif, telah memberi kesempatan pada saya. Selamat datang kawan-kawan dari aktifis atau pemerhati isu-isu disabilitas di kota Makassar, juga para kawan-kawan yang datang secara khusus baik dari KPU ataupun organisasi-organisasi masyarakat sipil lainnya. Seperti yang sudah disampaikan tadi, bahwa ini mungkin adalah kali pertama kita yang menyiapkan ruang politik, untuk kita menyuarakan hak-hak politik difabel di hadapan para kanidat. Namun, sayangnya sampai saat ini baru Pak Rahman Bando yang bersiap. Itupun kalau saya lihat di layar, audio Pak Rahman Bando tidak tersambung dengan kita, mungkin panitia bisa membantu untuk meminta kepada Pak Rahman Bando agar mengaktifkan audionya. Saya khawatir beliau tidak bisa mendengar apa-apa, atau kalau beliau bicara akan tidak kedengaran.
Baik, kami dari Pergerakan Difabel Indonesia Untuk Kesetaraan (PerDIK) menyampaikan terima kasih kepada kawan-kawan sekalian. Saya sangat berharap bahwa ruang ini menjadi jalan kita memberikan pemahaman ke para kanidat, yang nantinya akan menjadi wali kota Makassar. Karena hal terpenting saat ini sebenarnya adalah bagaimana para kanidat ini memahami fenomena sosial disabilitas yang akan jauh lebih baik jika disampaikan langsung oleh difabelnya. Atau setidaknya, dari teman-teman aktifis yang memang bergelut dalam persoalan-persoalan itu.
Misalnya dari teman-teman disabilitas netra, yang akan tepat sekali disampaikan oleh Persatuan Tunanetra Indonesia (PERTUNI). Di sini sudah hadir Pak Dani Pomanto juga, selamat datang dan selamat bergabung, Pak. Kemudian kawan-kawan dari GERKATIN, misalnya bisa menyampaikan bagaimana fenomena sosial disabilitas yang dihadapi oleh kawan-kawan tuli. Juga begitu juga kawan-kawan yang pernah mengalami kusta (OPYMK), bisa menyampaikan langsung.
Kenapa pemahaman itu penting? Karena pemahaman adalah hal pertama yang harus dilakukan, oleh pemeimpin yang ingin memikirkan jalan keluar dari persoalan=-persoalan yang dihadapi teman-teman disabilitas, maupun dalam hal mengenali potensi yang dimiliki oleh disabilitas.
Jadi, saat ini sebenarnya prespektif disabilitas itu sudah harus positif, tidak bisa lagi negatif. Kita tidak bisa lagi mengadopsi cara berpikir lama, yang menempatkan difabel sebagai orang sakit, orang tidak mampu. Saat ini difabel betul-betul eksis.
Di kota Makassar saja, dari identivikasi kami, setidaknya ada 11 organisasi penyandang disabilitas. Belum lagi organisasi masyarakat sipil yang juga aktif menyuarakan isu-isu disabilitas. Tarulah misalnya di sini ada Save The Cildern, ada dari LBH Makassar juga yang sangat aktif menemani difabel yang berhadapan dengan hukum.
Nah, suara disabilitas sangat penting untuk didengarkan dan didiskusikan bersama dengan para kanidat. Saat ini, dari aspek regulasi kita sudah memiliki undang-undang penyandang disabilias dan PERDA. Dan salah satu yang paling penting ada PP 2019 tentang perencanaan dan partisipasi difabel dalam proses pembangunan suatu daerah. Jadi sekarang ini pemerintah Indonesia sudah memiliki rencana selama dua puluh lima tahun. Kemudian juga di setiap daerah nantinyaa, termasuk di kota Makassar akan membuat apa yang disebut dengan rencana pemenuhan hak difabel. Dan itu durasinya lima tahunan.
Jadi setelah nanti ada wali kota dan wakil wali kota yang terpilih, kita akan bersama-sama. Dan kalau perlu, organisasi disabilitas proaktif dalam penyusunan. Nah, dari lima tahunan itu, nanti ada aksi-aksi tahunan yang perlu kita sepakati bersama dengan pemerintah kota. Misalnya akan fokus dengan isu apa. Contoh, di tahun 2021 kita akan fokus membenahi soal apa. Pendidikan inklusi, contohnya. Maka tahun pertama kanidat terpilih , bersama-sama dengan kita akan menyiapkan agenda tahunan untuk memenuhi hak difabel di isu-isu tertentu. Semoga pemerintah kota terus membuka ruang, Karena kita tahu bersama bahwa bapeda Makassar untuk saat ini cukup terbuka kepada organisasi disabilitas kota Makassar, dan melibatkan difabel dalam rapat-rapat penyusunan rencana. Contohnya seperti yang kita hadiri bersama beberapa bulan yang lalu, sebelum adanya covid.
Saya sebagai ketua PerDIK mengucapkan selama berdiskusi, selamat berdialog, mari kita ikuti dengan hikmat dan antusias. Walaupun saat ini belum semua kanidat hadir. Di sini juga kita melihat keseriusan para kanidat, karena kita sudah menyampaikan kepada mereka. Saya akan membuka kegiatan diskusi kita secara resmi dengan mengucapkan bismillahirahmanirahim.
Nur Syarif:
Terima kasih banyak, Kak Ishak Salim selaku ketua yayasan PerDIK. Nah, di sini sudah ada dua kanidat yang sudah hadir. Tapi untuk Pak Abdul Rahman Bando sendiri, saya belum tahu jelas kehadirannya, karena audio beliau pun belum tersambung dengan kita. Kepada para calon, kami ingin sampaikan bahwa di ruang Zoom ini telah hadir juga perwakilan organisasi disabilitas. Ada dari PERTUNI, GERKATIN, PERMATA, dan ada beberapa lembaga pemerhati yang juga konsen terhadap isu disabilitas. Salah satunya ada Save The Cildren, yang juga aktif dalam memerhatikan disabilitas, terkhususnya anak dengan disabilitas.
Nah, pada hari ini saya dan Rahman Gusdur direktur PERDIK akan memandu diskusi kita. , Kepada Rahman saya persilahkan terlebih dahulu.
Rahman Gusdur:
Terima kasih kepada bapak Dani Pomanto dan Rahman Bando yang telah hadir pada pagi hari ini,, juga terima kasih pada lembaga-lembaga pemerhati difabel yang telah hadir. Aturan main yang harus kita pahami bersama adalah, yang pertama, masing-masing lembaga difabel yang telah kita undang bisa menyampaikan aspirasinya. Kami akan memberikan dua sampai tiga menit untuk lembaga disabilitas dalam menyampaikan pertanyaan ataupun harapan-harapannya, dan berikunya saya akan memberikan kesempatan kepada para kanidat untuk menanggapi kurang lebih lima menit.
Saya sampaikan kepada kawan-kawan, momentum ini cukup penting. Dan semua aspirasi dari kawan-kawan kita akan merangkumnya, dan akan bersama-sama membawa poin-poin itu ke seluruh kanidat calon wali kota dan wakil wali kota, untuk menandatangani bersama sekiranya mereka terpilih menjadi wali kota masa bakti 2020-2021. Agar nantinya mereka melibatkan kawan-kawan disabilitas dalam perencanaan pembangunan, sesuai dengan impian kita bersama Indonesia inklusi 2030. Karena dari kawan-kawan semua, kita sudah terlibat cukup aktif dalam pelatihan pembacaan APBD kota Makassar yang menunjukkan peningkatan, tapi saya rasa masih perlu dimaksimalkan dengan diskusi kita pada pagi hari ini. Lnagsung saja, saya persilahkan kepada kanidat yang sudah hadir untuk memberi sambutan ataupun memberikan pemulaan.
Dani Pomanto (kanidat wali kota):
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu, selamat pagi, salam sejahtera untuk kita semua. Terima kasih saya ucapkan kepada teman-teman PerDIK dan kawan-kawan lembaga yang punya kepedulian terhadap disabiitas. Saya mohon maaf, ini saya lagi di mobil, karena banyak sekali orang yang meninggal hari ini. Saya kira ini sebuah diskusi yang sangat penting dan menarik untuk sebuah kota seperti Makassar. Makassar pernah mendapatkan julukan kota inklusi disabilitas. Saya ingin menyampaikan terima kasih kepada seluruh teman-teman yangaktif memberikan banyak saran dan nasehat kepada saya.
Nah, karena itu saya membuat fisi misi. Artinya begini, melihat komitmen seorang calon wali kota, kita lihat dari fisi misinya. Tanpa fisi misi kita akan sulit memasukkan hal-hal yang merupakan kepentingan disabilitas. Fisi misi kami adalah, menjadikan Makassar menjadi kota dunia yang sombere dengan imunitas yang kuat untuk semua. Kata untuk semua inilah yang merupakan kata kunci.
Kemudian dalam misi kami yang ketiga, kami menuliskan restorasi kota yang inklusif. Saya kira ini lebih jelas lagi. Yaitu memberikan arahan dan red karpet untuk mengujudkan kota inklusi. Bagaimana itu kota restorasi inklusi? Ini artin kita sementara mengubah kota Makassar. Kata retorasi itu adalah perubahan. Perubahan tanpa merusak, membangun tanpa menggusur, mengubah tanpa menyakiti. Kunci kata inklusif adalah untuk semua. Nah, kata untuk semua ini mengandung dua hal. Ruang yang disediakan pemerintah, dan inisiatif kawan-kawan sekalian. Inisiasi dari kawan-kawan ini harus berbentuk umum, berbentuk program yang dikerjakan bersama-sama. Saya kira inilah yang penting dalam sesi pembuka ini, dan saya mohon maaf karena saya akan off barang lima menit dulu, karena saya sedang di depan rumah duka dan ingin melayat sebentar. Terima kasi, wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu.
Rahman Gusdur:
Terima kasih Pak Dani Pomanto yang sudah memberikan pengantar beliau. Langsung saja saya mempersilahkan kepada Pak Rahman Bando, calon wakil wali kota Makassar, untuk memberikan pengantarnya. Langsung saja saya persilahkan kepada Pak Rahman Bando. Panitia, apakah kanidat yang lain sudah hadir di ruang Zoom ini? Saya juga minta tolong untuk panitia memastikan kehadiran Pak Rahman Bando,, karena microfon beliau masih off. Sambil kita menunggu,, saya ingatkan lagi ke teman-teman untuk terlibat aktif pada hari ini. Karena hasil diskusi kita pada hari ini akan kami bawa ke calon wali kota Makassar, dijadikan MOU.
Saat ini, panitia sedang berusaha berkomunikasi dengan Pak Rahman Bando karena beliau sebenarnya sudah masuk ke dalam ruang Zoom kita, hanya audio belum juga diaktifkan.
Nur Syarif:
Atau sembari menunggu, kita bisa langsung saja memberi kesempatan pada kawan-kawan organisasi penyandang disabilitas untuk menyampaikan fenomena-fenomena di lapangan, atau apa yang menjadi isu yang ingin disampaikan kepada kanidat. Kepada teman-teman sekalian kami persilahkan.
Mursalim:
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu, terima kasih atas kesempatan yang diberikan. Kami ingin menyampaikan isu mengenai ketersediaan lapangan kerja bagi orang yang pernah mengalami kusta. Karena ketika seseorang terkena kusta dan ingin berobat, mereka akan dipecat dari tempatnya bekerja. Selain itu, biasa juga orang yang terkena kusta diistirahatkan dari sekolah. Alasannya sih diistirahatkan, tapi tidak akan diterima lagi di sekolah. Padahal toh teman-teman yang mengalami kusta tetap bisa beraktifitas, tidak terganggu produktifitas mereka, apalagi ketika mereka sudah berobat. Ada juga teman-teman kusta yang bekerja, dan gajinya itu kurang. Harapan kami kedepannya, semoga kanidat yang terpilih bisa memerhatikan isu ini. Agar orang yang pernah mengalami kusta bisa sejahtera. Itu saja mungkin poin-poinnya, terima kasih.
Rahman Gusdur:
Terima kasih kembali. Aturan mainnya adalah apa yang bapak telah sampaikan akan kami catat, lalu ketika kanidat sudah bersama kita, panitia akan menyampaikan poin-poin itu. Langsung saja kita beralih ke penanya berikutnya.
Hj. Ramlah (GERKATIN):
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu. Nama saya HJ. Ramlah, ketua GERKATIN Sulawesi Selatan. Saya ingin menekankan poin-poin tentang kegiatan yang harus lebih akses bagi teman-teman tuli. Adanya akses juru bahasa isyarat di setiap penyampaian informasi sangat diperlukan teman tuli. Yang berikutnya adalah akses pendidikan bagi teman tuli. Di saat ini, anak-anak tuli di SLB mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran online, karena guru-guru mereka juga tidak menggunakan bahasa isyarat. Lalu juga akses yang ada di bandara, kami harap lebih ditingkatkan lagi. Misalnya disediakan informasi dengan bentuk bahasa isyarat. Tak lupa juga akses di layanan kesehatan. Saya berharap pemerintah lebih memperhatikan ketersediaan lapangan kerja untuk teman-teman tuli, tentunya ranah kerjanya juga harus lebih akses untuk tuli. Nah, saya berharap sekali Makassar kedepannya bisa lebih lancar pembangunannya, dan tentunya lebih inklusi lagi. Terima kasih.
Nur Syarif Ramadhan:
Terima kasih ibu Ramlah dari organisasi teman-teman tuli. Sebelum saya persilahkan teman-teman lain, apakah Pak Rahman Bando sudah bisa memberikan sepatah dua kata? Ok, karena Pak Rahman belum tersambung dengan kita, saya persilahkan bagi teman-teman yang mau memberi pendapat ataupun bertanya.
Dodi:
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu. Saya Dodi, polio dua kaki. Sya merasa pendidikan sangat penting untuk teman-teman difabel. Karena adanya pendidikan bisa membantu difabel baik itu dalam memperoleh pekerjaan, ataupun yang lainnya. Dan Pengalaman saya, saya tidak pernah sekolah di sekolah umum karena ditolak. Alasan sekolah adalah karena fisik saya berbeda. Saya juga masih sangat kecewa, karena ketika ada peluang bekerja, saya tidak memiliki ijasa yang dijadikan persyaratan. Harapan saya, calon wali kota mencetak guru-guru yang inklusif. Saya rasa ini saja, terima kasih teman-teman.
Hasnaini (IPMI):
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu, saya dari organisasi IPMI, nama saya Hasnaini. Yang saya mau tanyakan adalah masalah bantuan. Umumnya bantuan semuanya dilimpahkan ke yayasan. sehingga kami yang telah berbaur dengan masyarakat, banyak yang tidak mendapatkan bantuan. Padahal kami juga memiliki anak-anak yang sekolah, yang memerlukan bantuan dari pemerintah. Harapan saya kedepannya wali kota memerhatikan juga difabel yang telah berbaur di masyarakat, bukan hanya memerhatikan yayasan saja.
Ismail Naharuddin (PERTUNI):
Bismillahirahmanirahim, assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu. Terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya. Suatu kehormatan bagi saya berbicara di depan para kanidat yang akan memimpin kota Makassar kedepannya. Singkat saja yang saya ingin sampaikan adalah beberapa poin yang selama ini menjadi catatan kami, terkait dengan kebijakan atau aturan yang berlaku di kota Makassar. Yang pertama adalah fasilitas umum, pendidikan, ketenaga kerjaan, bantuan atau pemberdayaan kepada kawan-kawan yang kurang mampu, dan yang kelimat adalah layanan kesehatan. Ada satu yang ingin saya sampaikan, bahwa kita harus intens dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat difabel. Tentang fasilitas umum, kalau bisa di setiap tempat umum seperti rumah sakit itu diberi akses difabel. Misalnya menyediakan guaiding blok, bidang miring dan alat-alat bantu lainnya untuk disabilitas. Yang berikutnya adalah masalah pendidikan. Untuk beberapa tahun ini, masih ada kawan-kawan kita yang mendapat hambatan jika ingin sekolah di sekolah reguler. Ini lucunya terjadi hanya pada kawan-kawan netra.
Ini disebabkan karena pemikiran masyarakat, yang melihat bahwa sekilas tunanetra tidak bisa melihat, maka sulit untuk diajari di sekolah. Nah, ini terkadang ada perbandingan antar disabilitas, orang selalu berpikir bahwa difabel netra memiliki kedisabilitasan yang paling berat. Padahal kalau kita ingin perhatikan lebih dalam, sebenarnya jenis kedisabilitasan yang satu dan lainnya itu tidak bisa dibandingkan begitu saja. Tuli, tidak secara otomatis kita katakan lebih mandiri dari teman netra, begitu juga sebaliknya. Seharusnya yang menjadi tolak ukur kemampuan mereka adalah kemampuan dari kawan-kawan disabilitas itu sendiri. Misalnya, kawan-kawan disabilitas netra. Seberapa jauh mereka bisa menggunakan tongkat untuk meraba hal-hal di sekitarnya, atau seberapa jauh kemampuan mereka untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Seperti yang diketahui bapak ibu sekalian, beberapa kali kita telah mengenal fasilitas komputer bicara. Nah, itu adalah alat bantu bagi kawan-kawan difabel netra. Kemudian adalah ketenaga kerjaan. Untuk teman difabel netra, seharusnya kita harus memberiikan kesempatan yang sama dengan kawan-kawan non difabel. Ini bisa kita lakukan dengan cara melihat juga kualitas dan kemampuan difabel netranya sendiri.
Kami memiliki catatan bahwa di sebagian universitas di Makassar, sudah banyak mahasiswa difabel netra yang memiliki kemampuan yang tidak lebih rendah dari teman-teman non difabel. Nah, ini mungkin bisa diperhatikan dan bisa dikordinasikan kepada kami (PERTUNI). Yang selanjtunya adalah perhatian kepada teman-teman kita yang kurang mampu secara ekonomi. Ini perlu kita perhatikan kondisi keluarga dari Sang Difabel, pekerjaan dan sebagainya. Lalu berikutnya adalah perlunya mengintenskan iklan layanan masyarakat, yang berhubungan dengan kawan-kawan difabel. Ini bertujuan untuk lebih mengkampanyekan keberadaan-keberadaan difabel itu sendiri kepada masyarakat.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa hambatan yang didapatkan disabilitas disebabkan dari miskomunikasi antara masyarakat dan difabel itu sendiri. Kalau menurut saya mungkin cukup seperti ini dulu saja, terima kasih.
Ni Nyoman Anna:
saya Ni Nyoman Anna dari Persatuan Orangtua dengan Anak Autis (POAAM) ..salah satu tantangan bagi anak autis selain pemahaman masyarakat yang masih minim tentang autisme, juga sistem pendidikan yang konon inklusi tapi kenyataannya manajemen sekolah dan para guru belum begitu paham tentang penanganan autistik. Padahal orang dengan disabilitas itu memiliki karakter dan penanaman yang berbeda. Akibatnya masih banyak yang salah paham tentang autisme ini. pertanyaan saya, sejauh mana para kandidat ingin lebih jauh memahami disabilitas ini dan seberasa besar mau meluangkan anggarannya untuk disabilitas.
Rahman Gusdur:
Langsung saja saya mempersilahkan kepada para kanidat yang ingin menanggapi penyampaian dan pertanyaan dari teman-teman lembaga disabilitas di kota Makassar.
Dani Pomanto:
Mohon maaf, saya tadi off sebentar karena sedang melayat. Sesuai dengan yang tadi saya sampaikan, bahwa semua harapan dan usulan ini harus diujudkan dalam bentuk yang lebih rinci lagi Betul kita harus berkumpul dalam diskusi seperti ini, tapi kita juga perlu membuat form yang bisa membahas lebih rinci lagi terkait dengan kebutuhan disabilitas. Bagi Adama, kita sudah menyiapkan ruang yang cukup luas bagi teman disabilitas. Dengan restorasi kota inklusi ini, saya kira yang paling dekat dengan kata inklusi itu adalah teman-teman disabiitas. Maka tadi saya sampaikan bahwa, antara fisi misi yang menjadi dasar hukum, itu harus dipertemukan dengan inisiasi teman-teman seperti tadi. Misalnya, harapan ketersediaan dari teman tuli, terkait dengan guru yang berbahasa isyarat. Waktu saya bertemu dengan ahli bahasa isyarat dari Amerika, waktu itu dipertemukan oleh dinda Rahman Gusdur, saya kira salah satu yang saya rencanakan adalah Makassar bisa dijadikan pusat pembelajaran bahasa isyarat.
Fisi misi kami tetap memerlukan masukan dari teman-teman. Kalau misalnya kamera dimatikan, saya yakin orang-orang tidak akan menyangka bahwa yang sedang berdiskusi adalah disabilitas.
Ini berarti disabilitas memiliki keahlian dan kualitas dan potensi yang sama dengan orang yang normal. Saya tidakkkk bilang bahwa saya peduli dengan teman-temaan disablitas, tapi saya dekat dengan disabilitas. Sehingga kami bisa merasakan apa yang dibutuhkan teman-teman disabilitas, walaupun tidak sempurna. Masih banyak pekerjaan-pekerjaan yang perlu bantuan disabilitas langsung. Dua bulan ini adalah momen yang sangat tepat, untuk meminta komitmen kepada para kanidat. Kalaaaaaaau dari tim saya sendiri, , misi adama, ada restorasi kota inklusi. Ini artinya kami siap mengakomodir disabilitas. Di sini kami memerlukan kerja sama dengan kawan-kawan disabilitas. Semua jenis disabilitas perlu menyampaikan pemikirannya, agar kami bisa tahu lebih rinci lagi apa yang dibutuhkan teman-teman. Seperti tadi, saya menangkap lagi beberapa poin. Memerlukan ruang yang luas, memerlukan guru bahasa isyarat dan sebagainya. Saya ingin teman-teman disabilitas harus punya konsesi juga.
Harus ada konsesi, konsesi bagi teman-teman yang ingin mengujudkan kota inklusi. Konsesinya memiliki wilayah, jelas, dan menjadi komitmen dari semua kanidat. Misalnya kemarin saya dengan teman-teman ojol, kami menetapkan hari selasa ditetapkan sebagai hari ojol. Semua orang harus naik ojol. Orang bertanya ke saya, bagaimana kalau orang ada yang tidak mau naik ojol?
Saya tidak memaksa orang untuk naik ojol, tapi di hari selasa itu tarif parkir saya naikkan menjadi seratus kali lipat. Ya tidak masalah kalau mau naik kendaraan sendiri,, bayar saja uang parkir seratus kali lipat. Dari pada kalian bayar parkir mahal-mahal, lebih baik anda wakafkanlah sedikit rezeki untuk teman-teman ojol. Selain itu, teman-teman ojol juga harus siap menerima orderan masyarakat.
Saya ingin teman-teman inklusi, teman-teman disabilitas juga memiliki konsesi. Tunjukkan ke saya, konsesi apa yang harus saya buat. Sehingga saya bisa memasukkan itu ke dalam program inovasi, dalam turunan program yang saya miliki. Saya kira itu saja teman-teman, saya menunggu apa konsesi yang ingin kita buat bersama-sama. Saya harap dari webinar ini lahir konsesi yang bisa kita komitmenkan bersama-sama, terima kasih.
Rahman Gusdur:
Terima kasih pak Dani Pomanto, yang telah menanggapi pertanyaan dan usulan dari teman-teman kita yang sudah menyampaikan harapan dan pertanyaannya tadi. Lagi-lagi saya sampaikan bagi kanidat, bahwa dari hasil diskusi ini kami akan menyerahkan ke kanidat, akan hasil diskusi kita bisa tersinergi dengan fisi misi para kanidat. Sambil kita menunggu terkoneksi dengan para kanida lain, saya beri kesempatan lagi pada teman-teman yang ingin menyampaikan harapannya. Saya serahkan kepada Syarif, untuk memandu teman-teman penggiat isu disabilitas yang mau menyampaikan pertannyaan ataupun harapan.
Nur Syarif:
Baik, sebelum itu saya ingatkan kepada teman-teman untuk mengisi daftar hadir yang sudah dicantumkan panitia di kolom komentar. Apakah ada teman-teman dari organisasi lain yang ingin menyampaikan poin-poinnya? Sebelum saya mempersilahkan kawan dari LBH, karena LBH meminta waktu untuk bicara.
Peserta:
Sementara kita ketahui bahwa. Anak DS itu memerlukan guru pendaping khusus, Pak. Sementara di SMP dan SMA tidak disediakan guru pendamping khusus, jadi kebanyakan DS hanya bersekolah sampai SD, atau lanjut home schooling. Sementara guru pendamping khusus bagi DS itu sangat dibutuhkan, karena mereka memiliki banyak hambatan. Saya kira hanya begitu, Pak. Dan kalau bisa ada subsidinya, Pak. Agar anak DS juga bisa bersekolah di sekolah inklusi, di luar dari SLB. Terima kasih. (jaringan jelek).
Nur Syarif:
Terima kasih, Ibu. Tadi yang disampaikan adalah isu pendidikan, pentingnya ketersediaan guru pendamping khusus untuk anak DS. Apakah ada lagi dari teman-teman organisasi disabilitas yang lain?
Yoga Indar (GEMPARKAN):
Saya mau mengangkat beberapa kasus, yang mungkin bisa menjadi gambaran bagaimana pentingnya fasilitas umum diperhatikan oleh pemerintah kota Makassar. Sebelumnya terima kasih banyak untuk kesempatannya, kebahagiaan yang luar biasa bisa bicara di form ini dan didengarkan langsung oleh pemerintah, dalam hal ini calon wali kota Makassar. Yang pertama soal ketenaga kerjaan. Tadi kawan dari PERTUNI juga sudah memaparkan. Contoh kasus kita yangg pertama adalah tahun lalu, salah satu kawan tunanetra kami itu pingsan karena jatuh. Dia menjual, jatuh di got, dan pingsan. Untungnya ada yang lihat dan membantu. Kalau tidak ada yang melihat dia jatuh, kalau tidak kan itu bisa bahaya sekali. Yang kedua, ada kawan kami dari PERTUNI (Ismail), pernah ditabrak. Kakinya harus dioperasi, dipasangi pen, karena tertabrak saat baru saja turun dari pete-pete (angkutan umum). Dua kasus ini, kasus yang menurut saya luar biasa besar. Terus, soal ketenaga kerjaan lainnya.
Tunanetra kebanyakan bekerja sebagai tukang pijat dan penjual kripik. Ini tidak bisa kita pungkiri, bahwa memang tunanetra banyak bekerja sebagai tukang pijat dan penjual kripik. Ini dikarenakan pendidikan dan pelatihan yang memfokuskan netra untuk diajarkan dua profesi tersebut. Jadi kalau ada tunanetra, pasti dia akan dilatih menjadi tukang pijat. Padahal banyak teman-teman netra yang ingin menjadi penyiar, presenter, dan sebagainya.
Sektor-sektor pekerjaan ini yang tidak dilihat oleh pemerintah kota, sehingga pelatihan yang ada itu tidak jauh-jauh dari pijat. Lalu, pernah juga ada pelatihan ketenaga kerjaan dari dinas ketenaga kerjaan. Tapi teman-teman netra mengeluh, katanya pelatihannya tidak akses. Mereka tidak diajari cara membuatnya dan sebagainya. Masih banyak sekali hambatan teman-teman disabilitas, masih banyak sekali penolakan yang terjadi. Khususnya di tingkat sekolah menengah ke atas. Seperti itu mungkin, terima kasih.
Nur Syarif:
Terima kasih, Yoga. Tadi ada banyak hal yang lebih spesifik yang Yoga sampaikan terkait dengan aksesibilitas fasilitas publik, dan juga perihal pendidikan. Selanjutnya apakah masih ada teman yang lain yang ingin menambahkan?
Haidir (ketua LBH Makassar):
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu. Terima kasih sudah diberi kesempatan. Pertama, mungkin terkait isu bantuan hukum, ya sesuai dengan lembaga kami. Sejauh ini untuk PEMKOT Makassar, hanya sampai di PERWALI dan belum pernah ada realitas sendiri. Yang kedua adalah masih terkait dengan bantuan hukum,untuk teman-teman difabel. Belakangan ini LBH banyak menangani difabel yang berhadapan dengan hukum. Disampaikan tadi, bahwa teman-teman difabel ada yang miskin dan ada juga yang tidak miskin. Di undang-undang disabilitas, misalnya. Teman-teman disabilitas yang bermasalah dengan hukum sebenarnya punya hak untuk mendapat bantuan huku juga, dan itu tidak disebutkan apakah dia miskin atau tidak. Ketika ada disabilitas yang bermasalah dengan hukum, itu tidak menjadi haknya untuk mendapatkan bantuan hukum. Sampai hari ini di peraturan hukum, maupun di peraturan kota Makassar itu belum meng-cober disabilitas. Sampai sekarang hanya meng-cover masyarakat miskin. Nah, itu soal bantuan hukumnya.
Saya juga baru saja berdiskusi dengan Pak Gusdur, soal ketenaga kerjaan. Ada hal yang menarik, ternyata di undang-undang disabilitas, pmerintah ternyata wajib menyediakan 2% tenaga kerja difabel di setiap institusi negara. Sebenarnya pemerintah daerah bisa juga memfasilitasi teman-teman difabel dalam menghubungkan ke pekerjaan formal, bisa juga menghubungkan ke pelatihan-pelatihan.
Nah, di sini sebenarnya peran pemerintah kota. Sebenarnya bisa kita ambil sebagai program kanidat calon wali kota. Yang diinginkan inklusi adalah, teman-teman difabel tidak lagi menjadi exlusi, seperti saat ini contohnya ada pendidikan khusus luar biasa untuk difabel. Mereka sebenarnya ingin mengakses fasilitas publik yang sama, mau belajar dengan orang-orang pada umumnya, dan sebagainya. Kalau sekarang kita masih sangat jarangan, ya, melihat teman-teman difabel di fasilitas publik di kota Makassar. Terkhususnya teman-teman netra, karena memang jalanannya tidak akses. Saya pikir itu, ya. Yang paling penting tadi soal bantuan hukum. PERDAnya perlu direfisi, tidak hanya menyebut masyarakat miskin tapi menyebut juga masyarakat rentan, termasuk difabel. Mungkin hanya itu, terima kasih.
Nur Syarif Ramadhan:
Yang disampaikan oleh Pak Haidir tadi juga cukup menarik, mengenai bantuan hukum untuk difabel.
Rahman Gusdur:
Ini cukup penting juga bagi kanidat, untuk mengangkat isu ini. Sebenarnya saya berharap semua kanidat wali kota hadir di ruang Zoom ini. (jaringan jelek) Apakah PERDA ini akan direfisi? (jaringan jelek).
Nur Syarif:
Terima kasih, Pak Rahman Gusdur untuk pertanyaannya. Apakah masih ada yang mau berpendapat ataupun bertanya?
Nabila Sweetha (GEMPARKAN):
Saya hanya sedikit mau menambahkan dari saran-saran Kak Yoga tadi tentang pendidikan. Sebenarnya saya lebih ke arah bertanya, sih. Seandainya nanti salah satu dari kanidat terpilih menjadi wali kota kota Makassar, apa yang mereka akan lakukan untuk meng-cover teman-teman difabel yang bersekolah ataupun berkuliah di luar yayasan, yang terkadang mereka ini tidak mendapat beasiswa. Seperti yang kita ketahui, kebanyakan beasiswa difabel larinya ke SLB. Jadi teman-teman difabel yang kuliah di luar, sekolah di luar SLB banyak yang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka. Bekerjanya pun kadang menjadi tukang pijat, jualan kripik dan sebagainya. Sebenarnya mereka-mereka ini yang lebih memerlukan beasiswa, ketimbang anak-anak yang ada di SLB. Itu saja, Kak, terima kasih.
Nur Syarif:
Baik terima kasih, Lala. Jadi Lala tadi mengangkat isu mengenai bagaimana teman-teman difabel yang berada di luar yayasan atau panti ini tidak ter-cover dengan beasiswa.
Astuti Aras (FORKASI):
Saya memiliki anak yang sekolah di SLB. Selama ini, program belajar yang diperuntukkan kepada anak kami tidak sesuai dengan kemampuan anak-anak kami. Saya cuma mau bertanya, apa program bapak-bapak bagi anak kami?
Nur Syarif:
Terima kasih bagi bapak ibu sekalian yang telah menyampaikan harapan serta saran-saran untuk para kanidat. Terima kasih juga kepada calon wali kota dan wakil wali kota yang masih hadir di tengah-tengah kami, walaupun di tengah kesibukan. Sebenarnya saya sangat menyayangkan ketidak hadiran dua kanidat lainnya pada sesi diskusi kita, dan sayangnya juga Pak Rahman calon wakil wali kota kita tidak mengaktifkan audionya sampai sekarang. Langsung saja saya meminta bapak Dani Pomanto merespon beberapa pertanyaan dan saran dari teman-teman kita.
Dani Pomanto:
Terima kasih, Pak Rahman. Memang banyak PERDA yang belum sempurna, dan tidak beradaptasi dengan kemajuan perkembangan. Maka dari itu, salah satu program saya adalah membuat PERDA OMIBUS kota dunia, PERDA yang kuat. Nah, saya kira tidak perlu kita persoalkan masalah PERDA kuat dan tidak kuat ini. Saya bicarakan adalah bagaimana kita mengujudkan (jaringan jelek). Saya perlu tanya ke teman-teman, kalau di pendidikan teman-teman disabilitas ditanggung pemerintah?
Rahman Gusdur:
Tidak, Pak.
Dani Pomanto:
Seperti ini, setidaknya satu masalah sudah jelas. Harus ada konsesi yang jelas. Teman-teman disabilitas dari SD dan SMA, apapun kebutuhannya harus dipenuhi oleh pemerintah kota Makassar. Seperti ini, kecil tapi jelas. Jangan kita nanti lebih banyak mengeluhnya, dari pada membuat program. Ini yang saya inginkan di form ini, bagaimana kita kita sama-sama membicarakan kebutuhan dan keperluan temanteman disabilitas. Pemerintah kota harus membiayai, bukan membebaskan biaya pendidikan anak disabilitas. Sehingga kita akan mmebuat di anggaran, bahwa pendidikan dasar sampai pendidikan menengah bagi teman-teman difabel itu di-cover oleh pemerintah kota.
Yang kedua, sekali lagi tolong segera pokok-pokok pemikiran ini harus dituangkan dalam bentuk PERDA. Ada ruang yang terbuka untuk merumuskan PERDA kota dunia, yaitu PERDA OMNDIBUS. Di mana PERDA kota dunia ini diperuntukkan untuk semua orang, yang harus dikuatkan juga untuk disabilitas.
Nah, teman-teman kan sudah merasakan saat kami menjadi wali kota. Salah satu kebijakan kami itu berasal dari cerita-cerita teman disabilitas, yang jatuh di saluran air dan sebagainya. Saya menganggarkan seluruh got harus ditutup, dan sebelum ditutup harus dibersihkan. Kebijakan yang seperti ini timbul dari obrolan saya dengan Pak Rahman Gusdur, yang sangat aktif menyuarakan hambatan-hambatan teman disabilitas.
Dari ide teman-teman disabilitas untuk menutup grainase itu, akhirnya membentuk ide yang lain untuk membersihkan grainase sebelum menutupnya. Artinya, inilah sebuah proses pemeikiran yang real, janganlah kita berbicara terlalu ambigu yang akhirnya orang susah untuk mengujudkan itu.. Contoh seperti kemarin, tutup grainase, saya langsung menutup got-got yang ada di Makassar.
Kita lihat di lorong-lorong, hampir semua grainase tertutup. Lebih bagus dilihatnya, lebih terjamin airnya, dan sebagainya. Saya kira, untuk saya,,, saya mengharapkan ada satu form yang tidak lebih dari lima puluh orang untuk membahas disabilitas, misalnya apa konsesi yang harus diujudkan untuk disabilitas di kota ini. Janganlah kita bicara yang terlalu bijak, tapi yang real seperti ini.
Saya berani mengatakan, kalau saya jadi wali kota, Insya Allah pendidikan dasar dan menengah anakk disabilitas ditanggung oleh pemerintah kota. Paling tidak seperti ini, sudah ada satu poin yang kita pecahkan bersama-sama. Kalau masalah penjelasan, semua orang bisa bicara, bisa berjanji. Tapi tidak semua orang bisa membuat program. kekuatan itu ada di hukum, ada di PERDA. Nah, maka dari itu saya harap pokok-pokok pemikiran kita pada hari ini bisa dikumpulkan, untuk kemudian menjadi dasar bagi kami.
Dari lima tahun lalu, kami sudah menganut pentaheliks. Di mana semua lima unsur ini harus terlibat. Akademisi, masyarakat, sektor, NGO. Saya kira dari saya hanya seperti itu teman-teman sekalian. Saya minta, ada satu sesi khusus bagi teman sekalian dan saya untuk menyempurnakan restorasi kota yang inklusi.
Rahman Gusdur:
Terakhir, Pak Ramdhan Dani Pomanto. Saya ingin berterima kasih karena menyempatkan waktunya untuk hadir di kegiatan dialog politik difabel kita kali ini. Dan untuk yang terakhir kalinya, saya memohon waktu lima menit saja untuk bapak memberikan closeing statmen.
Dani Pomanto:
Saya tidak akan terangkan satu-persatu, saya akan terangkan prinsip dan filosofi. Yang pertama adalah refolusi semua harus sekolah. Kata harus sekolah ini mengandung konsekuensi, mengandung sebuah kewajiban-kewajiban pemerintah kota. Kata harus sekolah ini harus memfasilitasi semua kelompok yang rentan tidak mendapatkan akses pendidikan yang baik. Ini tentunya membuka sebuah ruang yang masih luas untuk mencoba teman-teman disabilitas turut mengambil konsesi, karena kami juga bukan orang super yang tahu segalanya.
Kami tahu setelah kami diberi tahu, atau kalau setelah diberi saran dengan semua unsur. Kemudian berikutnya kami punya program-program kerakyatan yang sifatnya kerakyatan dan inisiasi. Misalnya pembentukan lima ribu lorong wisata. Judulnya lorong wisata, tapi intina bagaimana lorong bisa menghasilkan ekonominya sendiri. Artinya adalah, di sini ada kesempatan bagi teman-teman disabilitas untuk mengambil peran. Jangan menunggu peran, tapi ambil peran. Cara mengambil peran harus ada inisiasi dari teman-teman.
Saya akan membeli mobil listrik, yang akan menghubungkan lorong-lorong di Makassar. Itulah tugas pemerintah. Di sinilah teman-teman disabilitas juga harus mengambil peran. Misalnya, dengan menceritakan sejarah lorong itu dan sebagainya. Teman-teman yang harus mengambil peran, bukan diberikan peran. Begitu hitungannya.
Kemudian kami memiliki mitigator sosial. Kenapa saya memiliki program ini? Agar teman-teman disabilitas tidak berjuang sendiri, tapi mendapat bantuan dengan masyarakat luas. Nah, saya kira itu saja. Saya mohon mmaaff sekali karena saya memiliki janji dan harus off dari webinar kita.. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu. Kalau ada salah-salah kata juga saya minta maaf, itu murni karena saya belum sempurna memahami disabilitas.
Rahman Gusdur:
Terima kasih banyak bapak kanidat Ramdan Dani Pomanto. Kami atas nama PerDIK dan aliansi lintas DPO kota Makassar mengucapkan banyak terima kasih. Langsung saja, saya persilahkan kepada ketua PerDIK dokter Ishak Salim untuk menyampaikan satu dua patah kalimat.
Ishak Salim:
Terima kasih, Pak Rahman Gusdur. Pertama saya rasa, kita menyambut baik apa yang disampaikan oleh Pak Dani Pomanto sebagai kanidat wali kota Makassar. Namun, ada hal yang perlu saya klarifikasi. Bahwa yang utama sebenarnya adalah pemenuhan hak difabel. Difabel, haknya sudah diakui oleh negara. Sehingga kkonsesi sebenarnya bisa ditempatkan sebagai aspek setelah pemenuhan hak itu dipenuhi. Jadi ada banyak sekali hak yang menjadi kewajiban pemerintah kota untuk dipenuhi, seperti tadi yang telah disampaikan kawan-kawan.
Tetapi, menurut saya sangat penting gagasan Pak Dani Pomanto untuk membentuk form inklusi. Form inklusi yang akan mengawal pemerintah kota dalam mendesain program-program dalam pemenuhan hak difabel. Itu yang perlu kita wanti-wanti, ketika kanidat terpilih, kita harus menagih perjanjian form ini. Karena ruang partisipasi difabel itu tetap ada, dan setiap wali kota yang terpilih harus memenuhi hak difabel. Ketika menyusun RPMJ, contohnya, pemerintah juga harus melibatkan difabel. Dan saat ini sebenarnya organisasi disabilitas sudah berjejaring. Tetapi jaringan ini cukup solid. Demikian dari saya, terima kasih Pak Dani Pomanto.
Rahman Gusdur:
Terima kasih. Baik bapak ibu sekalian, kawan-kawan pengiat isu difabel. Saya yakin aspirasi kita sudah disuarakan. Ini sebenarnya cukup penting bagi para kanidat, untuk mendengarkan aspirasi para disabilitas di kota Makassar. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih bagi bapak ibu sekalian. Dan sebelum saya kembalikan kepada MC kita, Nur Syarif, saya mau menyatakan sedikit hal dulu. Saya perlu sampaikan juga, inilah ruang yang penting bagi kita dalam menyampaikan aspirasi kita. Kita jangan terlalu bermasa bodoh untuk menyuarakan hak-hak kita sebagai warga Makassar. Dan saya atas nama direktur PerDIK mencuapkan banyak terima kasih, terima kasih juga pada teman-teman panitia. Terima kasih juga kepada para kanidat, kami sudah mencoba berkomunikasi dengan semua kanidat, tapi ternyata hanya dua kanidat yang hadir pada hari ini. Atas nama pribadi dan PerDIK, saya mohon maaf karena banyaknya kekeliruan yang terjadi pada kegiatan ini. Lagi-lagi terima kasih untuk semua OPD yang sudah hadir, para kanidat, juga panitia yang telah melancarkan acara kita. Semoga kegiatan pada pagi ini membuat kita bisa menentukan pilihan wali kota kita nantinya, memilih wali kota yang benar-benar peduli dengan isu disabilitas. Kami juga berterima kasih kepada ICW, yang selama dua tahun ini telah memberikan banyak ilmu dan telah membiayai banyak kegiatan kami. Saya persilahkan MC, Nur Syarif Ramadha untuk mengambil alih dialog kita.
Nur Syarif:
Terima kasih Pak Direktur PerDIK. Meskipun hanya dua yang menyempatkan hadir pada kegiatan kita ini, tapi setidaknya kita semua telah menyuarakan isu inklusi dan telah hadir bersama-sama. Misalnya ada hal-hal yang belum ter-cover bisa disampaikan di WA, agar kita rangkum bersama. Saya tutup acara kita, waalaikum salam warahmatullahi wabarakatu.